Sticky Message Board
Tutorial Cari Uang
Spesial Ramadhan
Peta dan Panduan Jalur Mudik 2011 Jawa Bali Sumatera
Sudahkah Anda Membayar Zakat Fitrah ??
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1432 H
Menjemput Ramadhan
Menunggu Waktu Berbuka
Iklan Sirup Ramadhan
Ritme Puasa Anak Kos
Waktu Puasa Berbeda
Ngabuburit
Kenapa Harus Ngakali Rasa Haus dan Lapar ?
Rating Acara Tertinggi Selama Bulan Ramadhan
Uang Baru dan Lebaran
Sandal Syahid
Sudahkah Anda Bersabar ?
Sudahkah Anda Bersyukur ?
Cek Arah Kiblat dengan Google Earth
Sunday, January 06, 2008
Makan Tak Habis, Ayam Mati
NEK ORA ENTEK, MENGKO PITIKE MATI
Ada salah satu falsafah hidup orang Jawa yang masih saya ingat yaitu "yen mangan kudu dientekne, nek ora entek mengko pitike mati lho" (kalau makan harus dihabiskan, kalau tidak habis, nanti ayam akan mati). Setiap kali mengingatnya saya sedikit bertanya-tanya, apa iya ada hubungannya antara makan nggak habis sama ayam yang jadi mati... Hehehe... Bukannya yang bener itu malah kebalikannya, kalau kita makannya habis, ayamnya akan mati karena tidak dapat makan bagian dari sisa makanan kita tadi hehehehehe....
Ternyata setelah dihayati dan direnungkan ternyata ada maksud baik dan mulia dari adanya peraturan tak tertulis itu tadi... Menghabiskan makanan yang akan kita makan tadi merupakan penghormatan kepada makanan itu sendiri dan kepada banyak pihak yang turut andil terhadap hadirnya makanan tersebut di meja makan kita.
Bayangkan bagaimana perjalanan sebutir nasi itu untuk ada di piring kita masing-masing. Sudah banyak proses yang dijalani oleh sebutir nasi itu. Banyak orang pula yang turut andil terhadap proses tersajinya makanan itu. Nasi berasal dari bibit padi yang ditanam petani yang kemudian menjadi beras. Sayuran yang kita makan diperoleh dari petani sayur yang bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh menjaga dan merawat sayur hingga masa panen tiba. Ikan yang kita makan berasal dari para nelayan yang mencari ikan di laut. Kita juga tak bisa menepikan peran penting dari para pedagang yang menjual lalu kita beli dan muncul pada sebuah piring di meja makan kita lewat sebuah proses yang bernama masak-memasak di dapur.
Beras, sayur, ikan dan yang lainnya tersebut kemudian dimasak menggunakan kompor entah itu yang menggunakan minyak tanah atau gas supaya menjadi nasi yang akan kita makan nanti. Sementara gas dan minyak tanah yang kita gunakan tersebut dihasilkan oleh para penambang yang berkerja di kilang pengeboran minyak atau gas bumi.
Jadi begitu banyak peran orang-orang disekitar kita demi hadirnya makanan yang kita santap tersebut. Jadi hikmah dari menghabiskan makanan tersebut adalah kita menghormati begitu banyak orang yang telah berjasa kepada kita serta senantiasa bersyukur akan adanya makanan tersebut. "Karena bila ada sebutir nasi saja yang tercecer karena tidak kita habiskan, ibaratnya nasi tersebut akan menangis," begitulah pesan dari bibiku di Trenggalek untuk selalu mengingatkanku yang selalu kucamkan di otakku hingga saat ini.
Gambar dari sini
Ada salah satu falsafah hidup orang Jawa yang masih saya ingat yaitu "yen mangan kudu dientekne, nek ora entek mengko pitike mati lho" (kalau makan harus dihabiskan, kalau tidak habis, nanti ayam akan mati). Setiap kali mengingatnya saya sedikit bertanya-tanya, apa iya ada hubungannya antara makan nggak habis sama ayam yang jadi mati... Hehehe... Bukannya yang bener itu malah kebalikannya, kalau kita makannya habis, ayamnya akan mati karena tidak dapat makan bagian dari sisa makanan kita tadi hehehehehe....
Ternyata setelah dihayati dan direnungkan ternyata ada maksud baik dan mulia dari adanya peraturan tak tertulis itu tadi... Menghabiskan makanan yang akan kita makan tadi merupakan penghormatan kepada makanan itu sendiri dan kepada banyak pihak yang turut andil terhadap hadirnya makanan tersebut di meja makan kita.
Bayangkan bagaimana perjalanan sebutir nasi itu untuk ada di piring kita masing-masing. Sudah banyak proses yang dijalani oleh sebutir nasi itu. Banyak orang pula yang turut andil terhadap proses tersajinya makanan itu. Nasi berasal dari bibit padi yang ditanam petani yang kemudian menjadi beras. Sayuran yang kita makan diperoleh dari petani sayur yang bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh menjaga dan merawat sayur hingga masa panen tiba. Ikan yang kita makan berasal dari para nelayan yang mencari ikan di laut. Kita juga tak bisa menepikan peran penting dari para pedagang yang menjual lalu kita beli dan muncul pada sebuah piring di meja makan kita lewat sebuah proses yang bernama masak-memasak di dapur.
Beras, sayur, ikan dan yang lainnya tersebut kemudian dimasak menggunakan kompor entah itu yang menggunakan minyak tanah atau gas supaya menjadi nasi yang akan kita makan nanti. Sementara gas dan minyak tanah yang kita gunakan tersebut dihasilkan oleh para penambang yang berkerja di kilang pengeboran minyak atau gas bumi.
Jadi begitu banyak peran orang-orang disekitar kita demi hadirnya makanan yang kita santap tersebut. Jadi hikmah dari menghabiskan makanan tersebut adalah kita menghormati begitu banyak orang yang telah berjasa kepada kita serta senantiasa bersyukur akan adanya makanan tersebut. "Karena bila ada sebutir nasi saja yang tercecer karena tidak kita habiskan, ibaratnya nasi tersebut akan menangis," begitulah pesan dari bibiku di Trenggalek untuk selalu mengingatkanku yang selalu kucamkan di otakku hingga saat ini.
Gambar dari sini
47 comments:
Silahkan menuliskan komentar anda pada opsi Google/Blogger untuk anda yang memiliki akun Google/Blogger.
Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website anda (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).
Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.
Atau anda bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia. Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.
Gunakan opsi 'Anonim' jika anda tidak ingin mempublikasikan data anda. (sangat tidak disarankan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
yah memang kita harus menghargai bahwasanya setiap butir nasi adalah hasil dr berbutir2 keringat ...
ReplyDeletehitung2 menghindari dosa mubazir ..naudzubilla
setuju dengan mbak icha, ajaran orang tua saya juga karena kalau tidak habis namanya mubazir. bayangkan mereka yang kelaparan di sebarang sana, yang sangat kesulitan mendapatkan makanan. nah dari situ kita bisa menghargai makanan yang ada didepan kita.
ReplyDeletefalsafah orang jawa memang benar dan baik jika kita resapi hakekat sebenarnya.. jadi intine lak mangan sing wareg tur resik piringe kan mas..
ReplyDeleteorang tua kita jadul emang suka bikin sanepa ketika menasihati anak-cucunya mas anang. tentang filsafat nasi itu saya jadi inget teguran teman terhadap kebiasaan saya yang suka menyisakan nasi dipiring. waduh, saya jadi terharu. di buliran nasi itu tergambar keringat para ptani dan juga saudara2 kita yang terpaksa mengais sisa nasi di tong sampah karena dililit kemiskinan. kayaknya bener juga tuh adagium orang tua kita zaman dulu ya cak anang. *halah*
ReplyDeleteBagaimana pun nasi tetaplah nasi, pantang disia-siakan. Kita tak pernah tahu berkah di butir nasi ke berapa yang akan didapat?
ReplyDeletehalah, melu2 pak kurtubi.. hehehehe
juga betul itu pak sawali, petani adalah pejuang sejati yang terpinggirkan peradaban.. petani mengawal kehidupan kita. mereka menanam kita membuang.. IRONIS..
Hikmah yang didapat dari pesan orang tua jaman dulu "biar gak mubazir"
ReplyDeletekaman ngundang makan-makan?
ReplyDeleteyg benar itu makanlah sebelum kita lapar banget dan berentilah sebelum kita terlalu kenyang wehhehhe dan kalo ngambil jangan banyak2x, drpd terpaksa ngabisin. muntah pulak
ReplyDeleteperjalanan panjang sebutir nasi yg sampai ke piring kita itulah yang membuat saya sering ingin menghabiskan nasi sampai pada butir yang terakhir ketika makan... selamat tahun baru bung. semoga tetap tumaninah...
ReplyDeletetp di jaman moderen saiki wes ora onok pepatah kyk kue tp kl di jawa mungkin masih ada nggo bocah cilik.
ReplyDeletengomong soal falasah, sampean ngerti gk apa maksude kl seorang wanita hamil ketika lg makan dan tiba tiba dia bersin lalu orang lain "orantua" menyuruhnya untuk cuci tangan "walo dia mkn menggunakn sendok" krn sering kudengar tp ketika kutanya mereka gk mau menjawabnya hixhix
makan sampai habis itu nikmat banget cak..sedapp.. :D apalagi makan pake ayam mati yang digoreng :P~
ReplyDeletekalo makan makanya jangan berlebihan,secukupnya aja,kalo kurang kan bisa nambah,,sayang kan kalo sampe gak abis,di luar sana masih banyak orang yang kelaparan,kesusahan utk sekedar mencari makan,eh kita malah bikin makanan jadi mubazir,,:D
ReplyDeletekalo makan makanya jangan berlebihan,secukupnya aja,kalo kurang kan bisa nambah,,sayang kan kalo sampe gak abis,di luar sana masih banyak orang yang kelaparan,kesusahan utk sekedar mencari makan,eh kita malah bikin makanan jadi mubazir,,:D
ReplyDeleteMakku selalu menyuruhku makan sampai habis dan bersih sekalian bis makan harus nyuci piring :D
ReplyDeletemesakne pitek :(
ReplyDeletemakanya, supaya bisa habis,hrs diukur porsi yg diambil ya....jgn keburu napsu liat makanan trus gak ngukur kemampuan perut....
ReplyDelete@Endang : hiyak betul..setuju banget..jadi pitik'e ga jadi moek pak?
ReplyDelete"makan paling enak itu sedikit2 tapi nambah. daripada langsung banyak tapi nyisa," gitu kata orang2 tua dulu.
ReplyDeletekalau kita makan dan mengucap "Bismillah" maka setiap butir nasi dan seluruh makanan yg ada dipiring kita itu ada hikmahnya...jadi klo kita tinggalkan sebutir nasi saja dipiring..dan ternyata butir nasi itu yg paling besar hikmahnya..kan kita rugi???
ReplyDeletenah ingat untung ruginya juga yah???
he he he...tapi jangan dimakan tuh tulang2 ikan dan tulang2 ayam.....:D
heee mank org dulu cara ungkapkan pakai kata2 gtz...tp bagus cara org dulu itu,dulu aku pikir ayamku akan mati beneran heeee
ReplyDeleteNek menungsane ra iso mangan, pithike yo melu mati.
ReplyDelete"Dony mangan sego, kirik tanggane mati"
jadi keinget banget tuh waktu gw masih kecil liat adegan si Unyil di tvri, dua butir nasi yang terbuang saling curhat sambil nangis2 ngomongin anak kecil yang membuangnya. huhuhu...
ReplyDeletenyari makan itu susaaah, tau!!!
jangan ampe buang2 makanan dey...
Banyak lagi "falsafah Jawa" yang sebenarnya bermuatan etika, bagus untuk "tiang kehidupan" dan kalau mau menelaah lebih dalam lagi sebenarnya juga bermakna untuk keselamatan.
ReplyDeleteJarang2 deh aku ampe nyisain makanan di piring, semua masuk perut...makanya endut!
ReplyDeleteMet tahun baru juga Nang...doanya yang terbaik juga buatmu.
Pitutur orang dulu memang mantep dan terbukti kalau mencari sesuap nasi tidaklah mudah.
ReplyDeleteKalau makan pakailah Piring yg lebar JANGAN menggunakan mangkok (Maksudnya biar rejekinya banyak).
Cak, warunge mbok jah di kedungdoro morat marit malam kemarin krn ada angin ribut.
apalagi jamane saiki..lha wong beras kuwi larang mas.. pooolll eman2e nek ra nganti entek mangane... nggolek beras koyo nggolek emas..
ReplyDeletesetuju nang, kalau beli gak habis sih mendingan pesen setengah aja :D
ReplyDeleteHmm..bener, waktu kecil aku juga sering dibilangin begitu " ayo maeme dientekno mengko pitike mati." Lha dulu memang punya pitik ya percaya saja. Tapi jaman sekarang, hidup di kota nggak ada yang pelihara pitik, tur anak sekarang kritis2, jadi aku nggak bisa bilang begitu sama anakku. Akhirnya kuajak omonh apa adanya sesuai tuntutan jaman, " sayang nih nak nasinya kalau nggak dihabisin, tengok tuh di tempat lain banyak anak kelaparan nggak bisa makan, nggak punya duit buat beli makan." yah pokoknya sejenis yang begitu deh. Syukur anakku malah rakus, nggak pernah buang makanan.
ReplyDeleteada juga yang bilang katanya klo makannya gag bersih , ntar dapat cowo yg brewokan...gag tau kalo yg ini hubungannya apa...
ReplyDeletejustru nek mbok entekne segone..aku dadi ga bagian..
ReplyDeleteMelasi temen pitike yaa...???
ReplyDelete*Ngenteni komentare kang pitik :D*
jindal.....kui fotone anakku sing mbarep
ReplyDeleteroyalti pemasangan foto ituuuu :D
ReplyDeleteyaa, .. yg ga nyadar kalo makanan dibuang itu adalah hal yg ga baik banyak juga sih..
ReplyDeletekadang2 gw suka ngeliat cewe2 kya gitu demi jaim (jaga image).. kesannya kalo makan ada sisanya tuh bagus(entah menurut versi mereka adalah imut, cantik, feminin dsb..)
pokonya agar terkesan ga rakus dsb. terutama didepan umum.
yaa, .. yg ga nyadar kalo makanan dibuang itu adalah hal yg ga baik banyak juga sih..
ReplyDeletekadang2 gw suka ngeliat cewe2 kya gitu demi jaim (jaga image).. kesannya kalo makan ada sisanya tuh bagus(entah menurut versi mereka adalah imut, cantik, feminin dsb..)
pokonya agar terkesan ga rakus dsb. terutama didepan umum.
Zaman dulu pembelajaran tsb bisa diterima, karena anak mempunyai binatang piaraan berupa ayam, anjing, kucing, kelinci dll.
ReplyDeleteNamun anak sekarang memerlukan penjelasan yang berbeda, walau maksudnya sama...maklum rumah sekarang (terutama di Jakarta) halaman sempit, jadi tak punya binatang piaraan. Tapi anak-anak bisa diajak melihat orang yang kekurangan dan diajari memahami kesulitan orang lain, daripada nasi dibuang, bisa disedekahkan pada mereka yang memerlukan.
waah… itu foto saya. publikasi! numpang ngetop di blog seleb!
ReplyDeleteBukannya kalau makanan kita habiskan, pitiknya malah bakalan mati? Lha nggak kebagian...
ReplyDeletewah sama bro,,sayah ya malu kalo makanan ga abis,,kayaknya jadi ngerasa berdosa sekalee,,eniwei ada yang bilang saya keliatan maruk cuz selalu kinclong piringnya kalo abis makan alias ga menyisakan satu nasi pun, tapi sayah rasa itu namanya menghormati dan mensyukuri karunia Tuhan makana harus diabiskan. ngebayangin nasib orang2 laen yang susah makan dan kelaparan justru makin ngebikin kita bersyukur dan seharusnya menghabiskan makanan kita dengan tanpa tersisa...
ReplyDeletepernah denger deh, dulu.... pas kecil :)
ReplyDeletesekarang udah gede, hapir terkontaminasi dengan gaya hidup. apalagi pas makan di kafe. gubrak. nasinya selalu sisa. tapi, emang sih, makan di kafe gitu cepet kenyangnya....
tapi akan lebih kenyang lagi kalau makan di rumah, trus nasinya dihabisin. 'tul ga?
katanya Indonesian Voices, "lebih baik di sini, rumah kita sendiri..".
bayangin klo kita ud kelaperan banget tapi cuma disediain padi fresh from the sawah... mangkanya klo ud jadi nasi emg kudu disyukuri dan jangan disia2kan... klo ayam mati kudu disyukuri kerna bisa buat lauk. hehehe...
ReplyDeleteeh, ngko segone nangis lo nek gak ndang dilek..
ReplyDeleteitu juga salah satu yang lainnya nang...
lah..... enak dong, jadi bisa makan ma ayam lagih besoknya, ah ngga abis lagi ah :p
ReplyDeleteyang paling menyentuh tuch omongan "kalo ngga abis nasinya nagis", omongan itu tuch yang sampe sekarang (37th) masih mengena di hati
makanya aye paling anti kalo makan ngga abis, ampe di bikin aturan sendiri :
kalo makan ambil sendiri (di prasmanan ato kondangan gituh) harus abis, makanya ngambil dengan penyesuaian kemampuan,
kalo makan di ambilin baru boleh (dengan terpaksa) ngga abis, karena yang ngambilin ngga tau porsi kita
terus ayam matinya gimana?
ReplyDeletekalo di china, setiap anak TK atau SD pasti tau puisi tentang susahnya petani bercocok tanam, setiap butir nasi = keringat dan jerih payah petani.jadi kudu habisin makanan.
he..he...
ReplyDeletenamanya juga ayam mati dilumbung padi :D
tak habisin ach..
Good post. Tapi kalo diartikan secara tekstual judul itu ga ada kaitannya. Mati dan Hidup di tangan Allah. Dan saya bangga sebagai muslim, agama saya mengajarkan untuk menghabiskan makanan, sampai menjilati jari jemari, stelah itu kita mengucapkan doa syukur "Alhamdulilah" karena kita telah diberikan rizky OlehNya
ReplyDeletesejak dari kecil sudah di ajarkan kayak gitu kang
ReplyDeletetapi pelajaran yang saya ambil dari menghabiskan setiap makan saya adalah banyak orang yang tidak seberuntung kita bisa makan beras yang bersih