Berikut ini serba-serbi lumpur Lapindo dalam foto-foto sebagai berikut:
Hati-hati terperosok dalam lumpur, apa bisa anda bernafas dalam lumpur? Kalau bisa nyemplung diperbolehkan hehe.
Kalau nekat masuk kena percikan api, meledak dan jadi ledakan kedua setelah pipa gas Pertamina
Kedalaman lumpur di sekitar bibir tanggul. Bayangkan bagaimana ketinggian lumpur di pemukiman penduduk yang sudah tenggelam!
Tinggal ujung dari atap yang terlihat! Di sebelahnya ada kasur yang mengapung, punya siapa itu ya?
Yang tersisa hanya atap!
Mau ojek keliling tanggul lumpur panas Lapindo mas/mbak?
Guling siapa ini? So tragic, so sad. This is the unpredictable disaster! What happen with our peaceful country?
Bayangkan, betapa dekatnya tanggul dengan rel kereta api. Apa jadinya bila rel tersebut turut tenggelam? Transportasi lumpuh!
Saat lapar menghadang perjalanan anda bertamasya untuk melihat lumpur Lapindo, anda bisa mengikuti petunjuk arah tersebut!
Seperti ini suasana para wisatawan lumpur Lapindo saat menyaksikan tontonan gratis itu. Mereka datang dari berbagai kota di Jawa Timur, bahkan luar Jawa Timur lho! Ada yang jalan kaki, bawa motor, dan bahkan ada juga yang bawa mobil!!!
Bapak botak bin plontos bin gundul ini tetap semangat bekerja dan siap sedia menambal tanggul penahan lumpur yang retak-retak. Pengabdianmu sungguh tulus. Membantu sesama... yang sedang kesusahan dan ditimpa musibah.
Ya Tuhan sampai kapan cobaan-Mu ini harus terus kami alami?
Lihat artikel terkait:
Porong's Sunrise
Porong's Sunset
Nikmatnya Mereka Berdua
wah, ngeri yo, mas lumpure? lapindo pancen ora urus tenan.
ReplyDeleteWaahhh... gambar-gambar ekslusif..
ReplyDeleteternyata dampak sosialnya sampai segitu ya? semoga bencana ini lekas selesai.
Amin..
salam kenal juga ya mas.. makasih dah mampir :)
@ sahrudin : enaknya diapakan ya lapindo??
ReplyDelete@ Yogie : lambat laun dampak lumpur lapindo ini akan dirasakan semua orang di jawa-bali, karena akibat ledakan pipa gas pertamina, pln kehilangan suplay listrik dan akan ada pemadaman bergiliran??
wah... sedih mas ngeliat rumah2 yg tinggal atap itu. semoga yg punya rumah2 itu diberi kekuatan...
ReplyDeletelumpur panas jadi tempat wisata?! waduh... apa penduduk yg jadi korban gak tambah sedih tuh?! :)
@ w@hyu : sama sedihnya dengan saya.. trenyuh melihat kondisi mereka sekarang... hidup di Indonesia tapi mereka seperti tidak merasa bahwa mereka hidup di Indonesia.. mereka tidak punya apa2 lagi... Banyak masyarakat juga yang pengen tahu bagaimana kondisi terakhir porong.. jadi mereka maen kesana.. istilahnya rekreasi dalam tanda kutip...
ReplyDeletesedihnya.... :(
ReplyDeletewow! tapi saya nggak terbahak lihat foto itu. cuma tersenyum kecut untuk beberapa foto. selebihnya adalah menyedihkan. nice shots, anang!
ReplyDelete@ nisa : so tragic...
ReplyDelete@ paman tyo : serba-serbi kehidupan yang ada di sana yang dituangkan dalam bentuk foto, paman...
Andai "hanyaberandainih" Wapres melirik foto foto tersebut akan terjadi rumus dagang yaitu untung dan rugi. Bencana biasa itu.
ReplyDeleteduh Mas.. ngenes saya liat foto2nya. Padahal jare potensi sembur lumpur msh 31 tahun lagi.. :(
ReplyDeletefotonya bagus-bagus mas...
ReplyDeletelain kali cerita yang lain tentang lumpur2 ini yak..
mas... yg tragis tuh lumpurnya atau lumpur yg dijadikan objek wisata?
ReplyDeletebtw thanks dah mampir di blog saya
saya kemaren sudah bilang bahwa bila saya suka foto2 anda tapi bukan berarti saya suka kondisi disana bukankah begitu saudara Anang? Mbak Yati bisa emosi liat ini. Jangan dikasih liat ya :p. Becanda. Tak suruh liat aaah...
ReplyDelete@ ono : pemimpin kita masa pernah peka terhadap rakyatnya??
ReplyDelete@ wd : malah ada yg bilang 100 tahun lagi kok... duh.. gimana ini?
@ didats : sip deh..
@ edRick : ya lumpurnya dong!
@ tito : waduh emosi kenapa kang?
wuih bener yo, skrg lumpur panas jd objek wisata, tinggal diresmikan aja tuh!!
ReplyDelete@ njp : iya nunggu gong ditabuh pak presiden..
ReplyDeleteterima kasih atas foto-fotonya. akhirnya saya dapat melihat secara langsung tentang kejadian yang "aneh" ini. semoga penduduk setempat dapat menerima ganti rugi dari pemerintah atau perusahaan yang terlibat.
ReplyDeleteMas, aku dulu janji mau kasih foto-foto Lumpur Lapindo di Suaraku.Com. Aku akan arahkan pengunjung Suaraku.Com ke sini untuk melihat-lihat fotonya.
ReplyDeletewuuahhh,,., telat.. telat..
ReplyDeletethx mas anang, foto-fotonya bener-bener bagus..
itu aku yang komen, tapi koq jadinya anonymous hkekeke :D
ReplyDeleteAku gak bisa pulang ke Banyuwangi and kalau aku lewat Malang kelamaan di jalan
ReplyDeleteAku gak bisa pulang ke Banyuwangi and kalau lewat Malang jauh capek di perjalanan
ReplyDeleteAnang!!! Kamu koq lebih peduli dari Pemerintah sih? Pemerintah kan punya gajih, kalo sampean ada yang gaji, nggak!! Salud sama sampean
ReplyDeleteJakarta pernah banjir hebat pada Peb.'07, dan sdh ada yang stress sampai gila, bayangkan dengan kasus lumpur Lapindo, entah itu definisinya
ReplyDeleteBencana Nasional atau bukan, disengaja atau bukan, tapi jelas merupakan bencana nyata bagi yang ngalaminnya. Tolong jangan sampai mereka yang ngalaminnya saat ini nanti selain hilang harta,akan menyusul hilang kesadaran dan dianggap menimbulkan keresahan masyarakat. Padahal sebab musababnya bukan mereka yang memulai.
Saya pernah membaca berita di harian lokal Jakarta, seorang warga Sidoarjo yang terkena semburan lumpur, kehilangan pekerjaannya, lalu ia mencari kerja di Jakarta sebagai kuli bangunan, kerja belum lama, namun ia tertimpa tembok yang ambruk dan tewas. Oh, malang nian nasibmu Bang, namun engkau adalah seorang Pejuang / Pahlawan bagi keluargamu dan jasamu sebenarnya sama seperti Pahlawan Kemerdekaan kita dulu. Salam hormat buat Bapak Anang.
ReplyDeletewoe.. keyen euy gambar na..
ReplyDeletetp tambah sentuhan lagi lebih oks..
hihihi :p
aku liad kek gini jade pengen pulang
kampung hiks...
*bertabur sedih... sambil bernyanyi genjer genjer buat babe bakri*
Oh, Pak Surya Paloh di saat musibah tsunami datang di Aceh, perjuanganmu begitu luar biasa untuk menggalang dana kemanusiaan buat mereka. Pak tolonglah sekali lagi, hal yang sama buat rakyat Sidoarjo dan sekitarnya yang terkena bencana lumpur, agar penderitaan mereka bisa diringankan, salam hormat kami buat Bapak, karena Bapak adalah salah seorang tokoh penolong sejati, tanpa pamrih dan tiada duanya di negara ini. Terima kasih atas kesempatan buat Bang Anang dan rekan2 sekalian.
ReplyDeleteKasihan ya rakyat indonesia, saya membaca komentar sdr sdri disini dengan sangat sedih. Pihak manca negara sudah mengetahui bahwa ini kasus kebodohan perusahaan yang dimiliki konglomerat Bakrie. Sepertinya yang belum sadar parahnya kondisi ini adalah rakyat indonesia, yang diperbodohkan pemerintahnya sampai bisa merasa ini bencana. Semoga rakyat kami bisa pintar sedikit ya..mulai dari baca koran, jangan mendengar isu saja. Belajar mencernakan fakta. lapindo ini bukan bencana tetapi kejadian yang harus ditanggung jawabkan oleh pihak perusuhaan bakrie. Lapindo bukan bencana alam dan tidak akan pernah selesai dan ini bukan takdir- ini kejadiaan yang terjadi karena ada pihak yang merasa bisa menemukan harta dari pengeboran seenaknya. Keluarga pihak itu harus bertanggung jawab dan dipenjarakan.
ReplyDeleteLuluk Uliyah, JATAM
ReplyDelete"Banjir lumpur panas akibat blow out pengeboran sumur Banjar Panji 1 oleh PT Lapindo Brantas sejak 29 Mei 2006 telah banyak memakan korban. Tindakan - tindakan penanganan yang dilakukan sebagian besar berujung pada ketidakpastian bagi masyarakat korban dan lingkungan sekitarnya. Alih-alih berupaya memastikan tanggung jawab perusahaan, Ketua DPR RI Agung Laksono malah menyatakan kejadian tersebut sebagai bencana alam (Media Indonesia, 9/01/07). Padahal menetapkan kejadian ini sebagai bencana alam akan beresiko merugikan rakyat korban dan negara dalam jangka panjang.
Banjir lumpur panas Lapindo telah menimbulkan korban setidaknya 21 ribu jiwa lebih atau lebih dari 3.500 KK mengungsi, 11 desa dan + 350 ha lahan pertanian terendam lumpur, serta 23 bangunan sekolah dan tak kurang dari 20 perusahaan tutup. Lumpur Lapindo telah meningkatkan angka pengangguran akibat kehilangan pekerjaan. Kejadian ini juga telah melumpuhkan transportasi jalan tol Gempol-Surabaya yang berakibat kerugian dialami perusahaan - perusahaan jasa angkutan dan transportasi ekonomi lainnya.
Pernyataan Ketua DPR RI yang menyatakan kejadian di atas sebagai bencana alam perlu diprotes keras. Sebagai Ketua DPR RI dan petinggi partai Golkar, Agung Laksono mestinya mengetahui benar apa implikasi menetapkan kejadian ini sebagai bencana alam. Tindakan tersebut akan menghapus penyebab utama dan pemicu kejadian, yaitu pengeboran Sumur Banjar Panji 1 oleh Lapindo Brantas. Lantas seperti kejadian bencana alam biasa, banjir dan longsor, maka alamlah yang akan dijadikan kambing hitam. Karena alam tak bisa bertanggung jawab maka rakyatlah yang terkena getahnya. Tak hanya harus merelakan harta bendanya hilang akibat bencana alam. Rakyat juga harus rela menerima penanganan ala kadarnya seperti yang terjadi pada banyak penanganan bencana lainnya di negeri ini. Ujung-ujungnya warga korban harus pontang-panting agar bisa bertahan hidup. Sementara pemerintah jelas tak memiliki pendanaan yang cukup di tengah bencana berulang yang marak di negeri ini. Kecuali pemerintah bisa mengemis bantuan dari luar negeri atau menambah utang baru. Tak hanya itu, pemerintah juga akan menanggung biaya infrastruktur yang rusak akibat kejadian ini.
Bagaimana dengan Lapindo? Jika kejadian ini ditetapkan sebagai bencana alam, maka perusahaan bisa membatalkan janji membayar pembelian tanah dan asset rakyat empat desa yang sudah terendam. Lapindo juga tak perlu membayar biaya pengalihan pipa gas Pertamina yang meledak beberapa waktu lalu, peninggian kabel dan relokasi kabel optik Telkom, serta kerugian PLN akibat dimatikannya jaringan SUTET dan pemindahan gardu trafo listrik. Bahkan perusahaan bisa balik menuntut segala biaya yang dikeluarkannya sebagai biaya produksi dan harus dimasukkan dalam cost recovery. Artinya negaralah yang harus membayar segala biaya yang telah dikeluarkan oleh Lapindo.
Sungguh beresiko menjadi warga Indonesia, Republik yang selalu menyebut dirinya negara hukum. Bagaimana tidak, jika pengurus negaranya kerap menempatkan rakyatnya sebagai pelengkap penderita atas nama investasi dan pertumbuhan ekonomi semata. Penanganan banjir lumpur Lapindo memberikan potret cukup lengkap mengenai hal itu. Tak ada satu pun pejabat Lapindo yang ditangkap, tak ada satu pun pejabat BP Migas dan Departemen ESDM yang diperiksa, apalagi meminta maaf dan mengundurkan diri karena lalai mengurus sektor-sektor hulu migas. Tak ada upaya tegas pemerintah untuk menyita aset-aset Santos, EMP dan MEDCO, sebagai pemegang saham Lapindo untuk memastikan tersedianya dana yang bisa dicairkan bagi penanganan banjir lumpur panas.
Ironisnya, meskipun terlihat berpihak kepada korban melalui keluarnya Kepres No 13/2006 dengan memerintahkan Lapindo membayar kerugian warga, tetapi pemerintah terkesan enggan memastikan perusahaan bertanggung jawab. Presiden SBY bahkan membiarkan Menteri Kesejahteraan Rakyat Abu Rizal Bakrie, sekaligus pemilik saham Lapindo, sekali-dua bersikap layaknya pemilik Lapindo, bukan pejabat publik. Keppres yang diharapkan banyak orang menjadi tameng ampuh menangani banjir lumpur, belakangan terbukti tidak bergigi. Tim Nasional Penanganan Banjir Lumpur Lapindo sendiri terang-terangan mengaku belum menerima gaji dan tersendat dukungan peralatan dan operasional dalam penanganan lapangan akibat kesulitan dana. Sekali lagi kondisi ini dibiarkan terus berlarut.
Sebaliknya, hingga saat ini warga 11 desa yang terkena dampak dipaksa "mensubsidi" Lapindo dengan rela menjual tanah dan assetnya dengan harga murah, mutu hidupnya menurun, pendidikan dan kesehatannya terganggu. Demikin pula publik, harus mensubsidi Lapindo dengan terganggunya transportasi dan kegiatan ekonomi menuju dan ke luar jalan tol Gempol - Surabaya. Sementara pemberitaan banjir lumpur mulai berkurang di berbagai media, tertutup oleh kejadian dan bencana lain. Warga korban dan lingkungan sekitarnya semakin tidak jelas nasibnya."
Penolong sejati adalah tanpa pamrih, bukannya pada saat ada pemilihan Kepala Daerah baru keluarkan programnya. Dan Kepala Daerah adalah juga melayani masyarakat, jadi yang mencalonkan Kepala Daerah, walaupun tidak terpilih, masih berhak melayani
ReplyDeletemasyarakat. Pada kenyataannya publik yang tahu. Media masa pada hakekatnya
membangun bangsa dan melayani masyarakat, mencerdaskan bangsa dan mendidik menjadi bangsa yang besar, arif dan bijaksana. Namun apakah semua media masa sudah melaksanakan
program seperti itu, sekali lagi hanya masyarakat yang tahu, khususnya kaum intelektual.
Warga korban lumpur di Sidoarjo yang kelaparan, miskin dan kena gangguan psikologis perlu ditolong, semua orang juga sudah tahu, kalau sudah tahu apa tugasnya sudah tahu atau sudah selesai, yah sabar saja yang penting masyarakat sudah tahu.
Mudah - mudahan kalau ada penolong yang tidak diduga - duga, janganlah
masyarakat masih meruweti dengan hal yang tidak perlu, sebab kalau batal, maka yang rugi adalah masyarakat yang kena musibah dan yang akan ditolong tadi dan yang protes - protes bisa jadi bukan dari mereka yang kena musibah. Memang ruwet tapi jangan dibuat sengsara. Boleh bebas buat komentar, tapi untung ruginya buat masyarakat harus dipikir dulu. Ingat kita ini bangsa yang besar sejak sebelum dan sesudah Kerajaan
Majapahit sampai sekarang, tetapi walaupun besar kita juga harus dianggap bermartabat. Orang yang tidak bisa menjaga martabat bangsanya, akan membuat banyak masyarakat jadi korban.
Walaupun "Lumpur Sidoarjo" ini merupakan musibah yang tidak kalah besarnya dibanding dengan Bencana Nasional di Aceh (kecuali dari segi korban jiwa), namun ada sisi positif
ReplyDeleteyang dapat diambil hikmahnya. Kalau tsunami di Aceh, 3 bulan setelah kejadian beritanya mulai mereda, 1 th
setelah kejadian beritanya terdengar sayup2. Kalau "Lumpur Sidoarjo" ini rupanya tidak dapat diajak berkompromi. Yang seharusnya berita2 lain silih berganti berusaha untuk melupakan musibah ini, namun beritanya tidak bisa dihilangkan begitu saja. Hal ini yang membuat "Lumpur" ini berhasil menguji banyak Pemimpin, Para Pejabat dan Pihak2 Penting lainnya termasuk ilmuwan, sosiolog, ekonom dll diuji Pengabdiannya, Pendapatnya, maupun Sikapnya oleh
"Lumpur" ini. Bagaimana sikap dan aplikasi yang telah dilakukan, adalah terekam dalam pikiran sebagian besar masyarakat. Semakin baik cara penanganan yang dilakukan, maka masyarakat akan segera mempunyai pola pikir, oh betapa kerja kerasnya mereka. Perjuangan mereka tidak kalah pentingnya dengan Pejuang2 Kemerdekaan dahulu kala. Banyak ilmuwan2 kita yang sudah mengabdikan diri di bidang keilmuannya sudah dalam kategori
sangat ahli, sehingga mereka juga dapat dianggap sangat berjasa untuk memberikan sumbangan pemikiran agar
masalah "Lumpur" ini bisa teratasi.
Setidaknya untuk pemilihan Kepala Daerah di Jatim, maka mereka akan berebut untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya agar dapat mengabdi kepada masyarakat Jatim, khususnya
berusaha keras untuk menyelesaikan
masalah "Lumpur" ini agar mendapatkan happy ending bagi segala pihak. Tetapi apakah kita pernah menghargai petugas - petugas kebersihan kita,pada saat mereka membersihkan kotoran/lumpur di pintu air, kali 2 dalam kota dan got - got di perumahan2. Mungkin ada yang memberikan penghargaan yang membuat mereka merasa tersanjung dan hati mereka berbunga - bunga, tetapi rasanya kita mesti percaya bahwa sebagian besar dari kita mungkin saya sendiri tidak mau memperhatikan / menghargai mereka pada saat mereka bekerja. Mungkin dalam alam pikiran kita lebih hafal
nama - nama kesebelasan sepakbola Eropah dan nama - nama pemainnya, mungkin karena ada persiapan untuk jawab kuis kali ya.. Lain halnya kalau kuis itu diadakan untuk membahas seputar informasi seputar "Lumpur Sidoarjo", maka pesertanya juga akan belajar. Definisi Pahlawan itu sulit dimengerti, kadang kita mempunyai pemikiran kalau seseorang disebut Pahlawan negara, maka orang itu sudah meninggal dunia dan jasa-jasanya bagi negara dinilai, baru kalau layak maka si almarhumah diberikan gelar Pahlawan Nasional. Tetapi saat ini kita hampir tidak tahu adanya penambahan nama Pahlawan Nasional, setelah era 1960 an akhir. Lumpur ini asalnya di bawah perut bumi, mungkin karena merasa disepelekan, maka dia mempekenalkan diri. Kalau sudah memperkenalkan diri, maka perlakuan apa sebagai tuan rumah yang ingin lakukan, jawabannya sangat bias sekali, sama kalau ada pemilihan Kepala Daerah , maka mereka semua bersungguh - sungguh untuk melayani rakyat.
itu kan mau dijadiin kayak BSD
ReplyDeletekota baru
daripada gusur2 lama urusannya
ledakin aja lumpur
logika simple :
aliran lumpur di buat pipa dari laut lalu ke "aliran-alam/pipa-alam" lumpur lalu ledakin... secara bertahap lumpur akan mengalir....
logika kolot....
ada jalan tol deket situ dan rumah mewah
kenapa ga di senggol lumpur ??? ketika lumpur udah deket serta merta lumpur nya surut lagi
lumpur juga manusia ? bisa tau ?
ketika bencana melanda negri kita, apa yang terbesit dalam pikiran kita?apa yang diinginkan oleh sang pencipta.pernahkah kita berpikir tanpa berkomentar?pernahkah kita berpikir tentang apa substansi segala masalah yang ada dalam negri kita ini?demi Allah perbuatan Allah pasti ada motivasi yang melatarbelakanginya?ingin tahu jawabnya?marilah kita berpikir dan berdialektika bersama untuk memecahkan masalah tanpa banyak komentar.
ReplyDeleteTernyata begitu keadaannya...Nice Pictures but Makes me so sad...Sengsara begini...napa bantuan mereka di tilep juga ma pejabat????apa para penjahat eh pejabat tu ga punya hati?apa mereka ga mikir gimana kalo mereka yang tinggal disana???TRAGIS!!!!
ReplyDeleteHiks.......hiks.........hiks.......
kesian ya..
ReplyDeleteblog ini yang saya pelajari!
ReplyDeletesedihnya!
trims untuk foto-foto dan informasi tentang lumpur lapindo
Kok berita lapindo sekarang udah ngak ada lagi yha????
ReplyDeletedenger denger sih....kata orang
kalo sekarang lapindo udah mengeluarkan minyak nya....
wahhh....ada hasilnya juga yhaa
yang di atas murka
ReplyDeletekasihan rakyat porong ...
ReplyDeletekalau menteri bakrie sekarang tetap tenang aja ...
kasihan kita salah pilih pemimpin .
sesok aku mau ganti deh ...
pemimpinnya diam aja kasihan juga rakyat udah kayak gini. udah lebih 1 tahun lho ...?
OPO MANDI SUMPAHE ROMO LUDIRO...
ReplyDeletePULO JOWO BAKALE
KELEM SAMUDRO...
Pelan tetapi pasti, Porong akan tertutup lumpur, diikuti Sidoarjo,dan kemudian Surabaya.
ReplyDeleteKabar ini sudah diketahui orang Jakarta, yang mendapat bocoran dari para ahli. Selanjutnya sampai dimana effek domino ini, belum ada yang mengetahuinya.
bukan menyalahkan atau menuding apapenyebabnya,tapi yang perlu kita lihat adalah kenapa Allah menurunkan ini di Poron? kanapa tidak di daerah lain, ini adalah sebuah misteri ilahi yang harus di telaah dengan hati bersih dan ke imanan yang besar. bila kita introspeksi diri dari kejadian yang terjadi di zaman dulu,misalnya kisah kaum nabi nuh yang ditenggelamkan dengan banjir dahsyat, karena kesombongan mereka untukmenerima kebaikan kebenaran dan Titah dari Sang Maha Agung.sodaraku mungkin hanya sebagiankecil diporong yang berlaku sombong kepada Sang Maha Perkasa, "karena saya tau disana gudangnya Kiyai",tapi cobalah merenungi karena apa Sang Maha Kuat Murka kepada kita.
ReplyDeleteTapi Mungkin juga dengan dijadikannya porong sebagai lautan lumpur terluas di asia Akan memberikan Keberkahan sendiri bagi warga sekitar Insya Allah.
www.serba-ada-download.blogspot.com
ngeri tenan neh. .
ReplyDeletenice bro
ReplyDeletewah mengerikan melihat berita ini . . .
ReplyDeletesemoga bencana ini cepat berakhir . . .