Tutorial Cari Uang

Wednesday, February 07, 2007

Kenapa Hanya Satu Gol?

Keberuntungan nampaknya masih terus belum berpihak kepada tim nasional sepakbola Indonesia. Seperti yang terjadi pada ajang kualifikasi Olimpiade Beijing 2008 saat menghadapi Maladewa di stadion Gelora Bung Karno. Timnas hanya mampu menang dengan satu gol tanpa balas... Dan 'hebatnya' lagi gol diciptakan lewat sontekan Jajang Mulyana yang mampu menipu penjaga gawang Maladewa persis di akhir pertandingan saat memasuki menit ke empat tambahan waktu babak kedua.

Ekspresi Jajang saat mencetak gol ke gawang Maladewa

Pertanyaan saya, kenapa hanya satu gol? Padahal di sepanjang pertandingan praktis segalanya baik itu penguasaan bola, peluang-peluang dikuasai oleh timnas. Penguasaan bola 75:25 dan jumlah total tendangan ke gawang 25:4. Tapi itu semua tidak menggambarkan bagaimana permainan timnas menghadapi Maladewa malam itu.

Maladewa, sebuah negara antah berantah yang mungkin sebagian dari penduduk negeri ini tidak tahu dimana negara tersebut berada atau bahkan namanya masih asing di telinga kita, itu di atas kertas sebenarnya bukanlah tandingan Indonesia, dan wajar kalau pertandingan akan menjadi tidak seimbang dan Indonesia akan dengan mudah melibas Maladewa dengan skor yang relatif telak.

Namun lain yang terjadi di lapangan. Memang pertandingan tidak seimbang, namun timnas hanya mampu 'memainkan' bola saja, muter sana muter sini dan dengan banyak peluang terbuang percuma. Ini memang masalah klasik, yaitu mental para pemain sepakbola Indonesia yang selalu terburu-buru dan mudah panik saat dalam kondisi tertekan.

Disisi lain, ini tentunya menjadi pelajaran bagi birokrasi persepakbolaan Indonesia, bahwa tidak mudah meraih prestasi secara instan. Tidak cukup hanya dengan memecat Peter Withe lantas menggantinya dengan memanggil kembali seorang Ivan Venkov Kolev, 'bekas' pelatih timnas Indonesia yang telah dinyatakan gagal oleh PSSI di periode kepelatihannya yang terdahulu, maka prestasi sepakbola kita akan terdongkrak kembali. Ini seperti menjilat ludah sendiri!

Bahkan jika kita mengamati tentang pergerakan prestasi sepakbola kita ini, bisa dibilang terus menerus merosot. Kalau di era 70-an dan 80-an timnas kita mampu merajai kawasan ASEAN dan bahkan empat besar se-Asia, kini kita hanya duduk termenung menyaksikan timnas menjadi macan ompong di kawasan ASEAN. Kita sudah tertinggal jauh oleh Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, atau bahkan Myanmar. Kalau dulu kita bisa menggelontor gawang Filipina atau Laos dengan 8 atau 11 gol, kini menghadapi Laos, yang notabene merupakan lumbung gol bagi negara-negara ASEAN, Indonesia hanya mampu unggul 3-1 di ajang AFF Cup kemarin.

Ah, Indonesia.... Kapan bisa bangkit?

12 comments:

  1. lha iya. kapan???
    tawurannya doang yang oke :D

    ReplyDelete
  2. @ venus: kalau urusan tawuran kita memang jagoan...!

    ReplyDelete
  3. Menyalahkan pelatih ya sulit wong ini kan cerminan kesalahan dari SEMUA orang.

    Indonesia sih pasti akan maju, tapi pelan-pelan. Sebab Indonesia bisa maju kalau semua rakyatnya juga maju bersama-sama. Bukan cuma pemimpinnya saja, atau segelintir orang-orang penting lainnya.

    ReplyDelete
  4. iya, sangat d sayangkan..ngelawan negara antah berantah aja kayak gt...aku juga kesel lihatnya..peluang yang udah bagus banget aja gak bisa d manfaatin...

    tapi, aku juga bingung..gimana caranya supaya bisa mendongkrak permainan indonesia..apa sumberdayanya ya???ahh bingung!!!

    ReplyDelete
  5. katanya sih karena pemain intinya banyak yg cedera...
    tp kayaknya sih kembali ke masalah mental aja kok.
    Masalah skill sama dg pemain eropa.
    Inget kasusnya kurniawan?
    Kaki Maradona, Otak Indonesia

    ReplyDelete
  6. dari pada tawuran, mending dangdutan...hehehe..
    download lagu2 dr blognya mas anang lebih asyikkk.....
    iyaa ddoonngg

    ReplyDelete
  7. Kapan bangkit? Nanti mas, nunggu kita punya kompetisi yang bagus dan bermutu. Ga seperti sekarang yang ala tarkam.

    ReplyDelete
  8. Masalah Timnas endonesya bukan pada pelatihnya. Beberapa kali gonta-ganti pelatih, tetap saja tiga hal yang perlu diinsyafi.

    1. Mentalitas dan skill pemain. Padahal di TV udah banyak tayangan bola, tapi sepertinya cuma sekedar jadi tongtonan. nggak jadi bahan buat praktik saat latihan.

    2. Mentalitas dan skill manajemen PSSI. Selama kepengurusan masih dipegang sama orang-orang yang biasa ngurus politik, partai, birokrasi, dll. Maka kualitas timnas masih harus senantiasa diragukan skill dan otaknya. Buktinya sistem kompetisi pada Liga Endonesya gak benar-benar menjadi sistem kaderisasi buat Timnas. betul?

    3. Persatuan endonesya!

    ReplyDelete
  9. hehe gimana mau bangkit kalu emosi lebih menonjol ketimbang skill :D

    ReplyDelete
  10. you said why ... i'll say why not?

    ReplyDelete
  11. kita terbiasa menjilat ludah sendiri... terutama pas bangun tidur.. sluuurrppp... asiiiin...

    camkan itu bung anang...!

    ReplyDelete

Silahkan menuliskan komentar anda pada opsi Google/Blogger untuk anda yang memiliki akun Google/Blogger.

Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website anda (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).

Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.

Atau anda bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia. Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.

Gunakan opsi 'Anonim' jika anda tidak ingin mempublikasikan data anda. (sangat tidak disarankan)